Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SD Negeri Jongkang Ngaglik Mengambil Lakon Wiratha Parwa
- home //
- Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SD Negeri Jongkang Ngaglik Mengambil Lakon Wiratha Parwa
Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SD Negeri Jongkang Ngaglik Mengambil Lakon Wiratha Parwa
Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada siswa digelar oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman di SD Negeri Jongkang, Sedan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta pada Sabtu, 20 Mei 2023. Sebelum pentas wayang, acara diisi kata sambutan dan pemaparan oleh Esti Listyowati, S.E MM. selaku Kepala Bidang Warisan Budaya, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman, Suyitno, S.Pd. selaku kepala sekolah SD Negeri Jongkang Ngaglik.
Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada siswa yang bersumber dari Dana Keistimewaan ini mengambil lakon: Wiratha Parwa yang disajikan oleh Dalang Apriliano Anggara. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah melakukan pembinaan seni dan budaya daerah kepada generasi muda guna memastikan terjadinya regenerasi melalui Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa. Secara umum sudah diketahui bahwa sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini. Seni Pertunjukan Wayang secara berlahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda padahal mengandung berbagai nilai budaya yang positif yang bisa bermanfaat bagi perkembangan kepribadian anak, baik pada usia sebagai anak-anak maupun kelak setelah menjadi manusia dewasa. Nilai budaya tersebut, yaitu nilai-nilai yang sangat bermanfaat untuk mengasah jiwa manusia agar dapat menjadi manusia yang manusiawi artinya sebagai makhluk Tuhan yang sempurna mempunyai akal, pikiran, cipta, rasa, karsa, panca indra dan nafsu, serta mengandung ajaran tentang perbuatan baik-buruk serta budi pekerti. Nilai-nilai tersebut sangat penting dalam kehidupan manusia. Apabila orang sudah bisa menguasai dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, niscaya dia akan menjadi orang yang baik, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Prabu Susarma merasa kegirangan mendengar prajurit Wirata tewas antara lain Patih Rupakenca dan Patih Kencakarupa ditambah Prajuri andalannya yaitu Raden Rajamala ketiganya sudah tiada di tangan Bilawa, dengan demikian Susarma raja Trigarta dengan mudah mempersunting Dewi Utari sekaligus merampas kerajaan Wirata lebih-lebih Prabu Matswapati yang tua renta
Ketika Raja Susarma melaporkan kepada Prabu Duryudana mendengar bahwa penyamaran Pandawa tinggal 1 tahun yang sekarang tinggal di kerajaan Wiratha, Prabu Duryudana merasa senang dan tidak segera mengerahkan prajurit-prajurit andalan diajak menyerbu Wirata dibawah pimpinan Prabu Susarma.
Perang besar tejadi di aun-alun Wiratha putra-putra wirata mengalami kekalahan Prabu Matswapati murra meju di medan perang langsung disambut Susarma dihajar habis-habisan. Ketika tak berdaya tangan Matswapati diikat dibelakang kereta digladhag dengan mencabuk kuda, kuda kena cambug meronta-rota dan lari kencang berputar-putar alun-alun Wirata
Bilawa mendengar laporan Kangka bahwa Matswapati dibuat semena-mena Bilawa tak memperhitungkannya maka sekali lompat kereta Susarma kena tendangan Bilawa hancur luluh. Susarma juga tewas ditanganNya. Ditaman Wirata yang sudah terkepung dari arah urata sebelah timur bagian Barat dan selatan Raden Wratsangka ketakutan, Wrehatnala menggantikan Wratsangka menjadi prajurit, segera melepaskan anak panah diarahkan panah Bisma, Druna dan Karna. Mengetahui olah panah tersebut tak lupa itu adalah panah-panah Arjuna, Bisma, Druna dan Karna merasa senang dan bangga bahwa Pandawa masih hidup dan utuh dan meninggalkan Wiratha.
Prabu Matswapati yang semula ingin mengusir Salindri dan Kangka yang mana Salindri mengakibatkan Prajurit andalannya tewas tanpa bekas. Belum sampai pergi menuinggalkannya Raden Wratsangka menghadap dan memberitahu bahwa cucu Pandawa adalah di Kerajaan Wirata antara lain
- Kangka samara dari Prabu Puntadewa
- Bima/Werkudara menyamar Bilawa,
- Arjuna menyamar Wrehatnono,
- Grantika samara dari Nakula
- Tantripala adalah Raden Sadewa dan Salindri adalah permaisuri kerajaan Amarta yaitu Dewi Drupadi/ Pancali