Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SD Negeri Sendangadi 1 Mlati Mengambil Lakon Sugriwa Subali

  • home //
  • Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SD Negeri Sendangadi 1 Mlati Mengambil Lakon Sugriwa Subali
Admin 2023-05-20 11:11:06

Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SD Negeri Sendangadi 1 Mlati Mengambil Lakon Sugriwa Subali

Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada siswa digelar oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman di SD Negeri Sendangadi 1, Glondong,Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta pada Rabu, 17 Mei 2023 . Sebelum pentas wayang, acara diisi kata sambutan dan pemaparan oleh Esti Listyowati, S.E MM. selaku Kepala Bidang Warisan Budaya, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman, Djuwarti, S.Pd. selaku kepala sekolah SD Negeri Sendangadi 1.

Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada siswa yang bersumber dari Dana Keistimewaan ini mengambil lakon: Sugriwa Subali yang disajikan oleh Dalang Rafael Aron. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah melakukan pembinaan seni dan budaya daerah kepada generasi muda guna memastikan terjadinya regenerasi melalui Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa. Secara umum sudah diketahui bahwa sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini. Seni Pertunjukan Wayang secara berlahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda padahal mengandung berbagai nilai budaya yang positif yang bisa bermanfaat bagi perkembangan kepribadian anak, baik pada usia sebagai anak-anak maupun kelak setelah menjadi manusia dewasa. Nilai budaya tersebut, yaitu nilai-nilai yang sangat bermanfaat untuk mengasah jiwa manusia agar dapat menjadi manusia yang manusiawi artinya sebagai makhluk Tuhan yang sempurna mempunyai akal, pikiran, cipta, rasa, karsa, panca indra dan nafsu, serta mengandung ajaran tentang perbuatan baik-buruk serta budi pekerti. Nilai-nilai tersebut sangat penting dalam kehidupan manusia. Apabila orang sudah bisa menguasai dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, niscaya dia akan menjadi orang yang baik, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

 

Pertapaan Anggrastina yang begitu damai Bapak dengan Ibu dan kedua orang tua dengan anak-anaknya mendadak digocangkan suasana gaduh dan terjadi perselisihan keluarga

Resi Gotama melihat putrinya Dewi Anjani yang begitu cantik jelita mendadak menangis yang tiada henti-hentinya. Disusulnya kedua adiki-adiknya yaitu Raden Guwarsa dan Guwarsi yang ingin sekali minta haknya sebagai Anak harus punya hak memilikinya benda yang dipegang erat-erat oleh Dewi Anjani dan ketiga anak itu menuntut keadilan dengan Bapaknya Resi Gotama, Resi Gotama merasa terkejut karena tidak merasa memberikan benda itu dengan Anjani. Resi Gotama marah dan menoleh dengan istrinya Dewi Windradi, lalu benda itu ditunjukkan dengan Windradi istrinya dengan lantang, tapi justru Windradi tidak mau ngaku bahkan terdiam sampai beberapa lama, Resi Gotama mukanya merah padam, karena Windradi tediam dan tak menjawab sepatah katapun Gotama tak sadar dengan keras "Hei... Windradi kamu terdiam tak mau menjawab kamu bukan manusia tapi kamu adalah Batu lalu Dewi Windradi jadi Tugu Batu Arca" seketika itu Windradi berubah menjadi Arca.

Mengetahui hal itu Cupu dibuang jauh-jauh ketigha anaknya mengejarnya. Di tengah hutan ada telaga luas disitulah Sendang Madirda justru Cupu manik astagina jatuh ditengah-tengah sendang Raden Guwarsa Guwarsi menceburkan diri Dewi Anjani yang tak mampu berenang karena merasa haus dan lelah maka kumur dan mencuci muka, pada saat itu juga mukanya keluar bulu-bulu dibagian muka dan mulut merasa memoncong ketika melihat ke air yang jernih Anjani kaget karena mukanya berubah muka kera. Tak jauh berbeda kedua adiknya sekujur badanya dibalut bulu lebat dan berkelai karena tidak tahu saudaranya. Anjani memeluk kedua adinya karena semua merasa bersalah menghadap enga bapaknya Resi Gotama

Resi Gotama tidak bisa menutut merubah takdir dari Dewa maka untuk menebusnya Dewi Anjani disuruh bertapa berendam dan mulut menengadah ke atasm Raden Guwarsa diubah nama dengan Raden Subali disuruh Topo Ngalong dengan muka dibawah Raden Guwarsi juga diubah menjadi Sugriwa juga disuruh bertapa ngidang kedua kera tersebut supaya bertapa di tengah hutan Sonyapringga,.Dm/Dk