Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa di SD Negeri Prambanan : Memaknai Lakon Pendadaran Soka Lima
- home //
- Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa di SD Negeri Prambanan : Memaknai Lakon Pendadaran Soka Lima
Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa di SD Negeri Prambanan : Memaknai Lakon Pendadaran Soka Lima
Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit Kepada Siswa yang digelar oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) Sleman di SD Negeri Prambanan, Prambanan pada Sabtu, 18 Juni 2022. Sebelum pentas wayang, acara diisi paparan materi mengenai penanaman nilai-nilai budaya dari tiga narasumber yaitu: Edy Winarya, S.Sn., M.Si, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) Kabupaten Sleman; Sri Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah SD Negeri Prambanan dan Drs Joko Suseno,M.Hum, Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi).
Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa ini dibiayai dari Dana Keistimewaan ini mengambil lakon: Pendadaran Soka Lima yang disajikan oleh Dalang Panggah Nawa Wibatsuh. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah melakukan pembinaan seni dan budaya daerah kepada generasi muda guna memastikan terjadinya regenerasi melalui Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa. Secara umum sudah diketahui bahwa sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini, Seni Pertunjukan Wayang secara berlahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Seni Pertunjukan Wayang Kulit mengandung berbagai nilai budaya yang positif yang bisa bermanfaat bagi perkembangan kepribadian anak, baik pada usianya sebagai anak-anak maupun kelak setelah menjadi manusia dewasa. Nilai budaya tersebut, yaitu nilai-nilai yang sangat bermanfaat untuk mengasah jiwa manusia agar dapat menjadi manusia yang manusiawi artinya sebagai makhluk tuhan yang sempurna mempunyai akal, pikiran, cipta, karsa, panca indra dan nafsu, serta mengandung ajaran tentang perbuatan baik-buruk serta budi pekerti. Nilai-nilai tersebut sangat penting dalam kehidupan manusia. Apabila orang sudah bisa menguasai dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, niscaya dia akan menjadi orang baik, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Pandita Durna mengadakan pendadaran di Padepokan Sokalima, untuk mengetahui kemahiran para siswanya (Pandawa dan Kurawa). Adapun aturan mainnya, bahwa di dalam bertanding tidak boleh di dasari rasa dendam, tidak boleh menyakiti tetapi tidak boleh membunuh. Pendadaran segera dimulai dalam hal permainan Keris, Arjuna yang tertangkas, dalam permainan gada, Bima yang terbaik, dalam hal memanah, Arjuna yang paling tepat.Karna putra sais kereta Adirata iri mengetahui kemampuan Arjuna. Arjuna ditantangnya untuk bertanding. Mendengar tantangan Karna, Bima mencaci maki serta menyatakan bahwa Karna tidak pantas bertanding dengan Arjuna, sebab Karna hanyalah anak sais kereta Adirata, bukan keturunan bangsawan.Kurupati bangga dengan keberanian Karna, maka ketika mendengar ucapan dari Bima, ia segera menobatkan Karna menjadi Adipati. Karna diminta menantang Arjuna kembali. Arjuna pun tidak dapat menolak nya. terjadilah perang tanding, keduanya sama sama sakti. Akhirnya Pandita Durna terpaksa menghalau Karna, dengan alasan bahwa Karna bukan siswa Sokalima.Pendadaran dilanjutkan kembali. Arjuna melawan Kartamarma, Arjuna menang. Bima melawan Kurupati, seimbang. Kurawa kemudian mengeroyok Bima. Melihat Bima dikeroyok, Kakrasana dan Narayana (putra Basudewa) yang saat itu menyaksikan pendadara terpaksa membantu Bima, sehingga kurawa dibuat kalang kabut.
Nilai yang terkandung dalam lakon Pendadaran Soko Lima yaitu dalam bertanding jika kalah tidak boleh dendam, adil dalam mengambil keputusan tanpa merugikan salah satu pihak.(Dm/Dk)