Benchmaking Dalam Rangka Pengembangan dan Implementasi Nilai-Nilai Luhur Seni dan Budaya Daerah
- home //
- Benchmaking Dalam Rangka Pengembangan dan Implementasi Nilai-Nilai Luhur Seni dan Budaya Daerah
Benchmaking Dalam Rangka Pengembangan dan Implementasi Nilai-Nilai Luhur Seni dan Budaya Daerah
Suatu organisasi perlu untuk mengetahui dan memahami keunggulan serta kekuranggannya guna mengindentifikasi ukuran praktik terbaik yang perlu dilakukan. Dalam rangka hal tersebut Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman melakukan Benchmarking Pengembangan dan Implementasi Nilai Luhur Seni dan Budaya ke Kabupaten Semarang, pada tanggal Kamis, 27 Oktober 2022 sampai dengan d 28 Oktober 2022.
Benchmarking Pengembangan dan Implementasi Nilai Luhur Seni dan Budaya ini dimaksudkan guna mencari praktik terbaik dalam pegelolaan nilai luhur seni dan budaya. Nilai-nilai luhur seni dan budaya tidak sekedar dikelola dari sisi pelindungannya semata tetapi diharapkan ke depan bisa dikembangkan untuk bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan terhadap Nilai Luhur Seni dan Budaya di Kabupaten Sleman salah satunya dilakukan melalui Pagelaran Wayang untuk Pelajar dan Mahasiswa.
Struktur Organisasi Perangkat Daerah Semarang mempunyai perbedaan dengan Kabupaten Sleman, karena organisasi perangkat daerah yang menangani urusan kebudayaan dan pendidikan berada satu atap dengan nama Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Semarang. Hal ini dimaksudkan agar pengelolaan kebudayaan di Kabupaten Semarang tidak memisahkan antara nilai-nilai budaya luhur dan pendidikan. Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Semarang yang mengampu urusan kebudayaan dituntut untuk mempertahankan nilai-nilai luhur budaya setempat, dimana cara mereka mengelolanya melalui pendidikan, karena yang menjadi permasalahan budaya di Kabupaten Semarang adalah infiltrasi budaya asing melalui teknologi internet sehingga berdampak pada ditinggalkannya bahasa daerah. Program dan kegiatan terkait hal tersebut diantaranya yaitu: Pelajaran bahasa daerah menjadi muatan lokal, workhsop warisan budaya tak benda dan sebagainya.
Obyek kunjungan benchmarking dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan Kebudayaan juga dilaksanakan dengan mengunjungi Desa Wiasata Lerep dan Desa Wisata Menari. Desa wisata lerep mengandalkan kearifan lokal dan kreativitas warga dalam menyuguhkan paket-paket wisata Desa. Masyarakat Desa Lerep menciptakan pasar Kuliner jajanan Ndeso tempo dulu yang diadakan setiap hari Minggu pon. Hasil pertanian diolah menjadi makanan tradisonal dengan konsep alami tanpa menggunakan bahan kimia, tanpa pewarna buatan, disajikan dengan kemasan daun dan anyaman bambu sehingga dapat memininalisir pembentukan sampah anorganik. Konsep awal pengembangan dan pemanfaatan budaya yang ada di Desa Menari sendiri diawali dari keprihatinan tokoh masyarakat setempat terhadap keberadaan budaya dan pertanian yang mulai ditinggalkan oleh generasi mudanya. Awalnya mengambil konsep laboratorium sosial dimana ditujukan untuk konservasi dolanan anak dan kesenian lokal. Desa Wisata Menari menawarkan banyak paket yang bisa digunakan untuk menghabiskan waktu liburan. Berbagai tari-tarian antara lain Tari Warok, Gemukan Bocah, Topeng Ayu, Werok Kreasi, Kuda Lumping, dan Tari Keprajuritan Kraton atau Tari Eko Prawiro. Selain itu, pengunjung bisa melakukan aktivitas lain di desa wisata ini seperti membuat anyaman, menjajal aneka mainan tradisional, membuat keripik adas, dan sabun susu.(dk)