DANDAN KALI
- home //
- DANDAN KALI
DANDAN KALI
Upacara Dandan Kali atau Becekan merupakan upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Kepuh, Dusun Manggong, dan Dusun Pagerjuang, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Dandan kali atau memeti sungai bertujuan untuk meminta hujan, konon katanya di daerah kepuharjo pernah mengalami kemarau panjang sampai 8 bulan, setelah kemarau panjang tersebut masyarakat meminta hujan dengan membawa sesaji dan menyembelih kambing di Sungai Gendol, tidak lama setelah upacara dilangsungkan, kemudian turun hujan yang lebat dan memberikan kesuburan di sekitar kepuharjo. Sejak saat itu, masyarakat Kepuharjo melakukan tradisi dandan kali setiap tahun dengan menyajikan sesaji berupa nasi becek (olahan kambing dengan bumbu gulai) sehingga dikenal juga dengan istilah ‘Upacara Becekan’. Istilah ‘Dandan Kali’ juga diberikan karena tempat upacara berada di sungai dengan harapan sungai tetap dialiri air dan tidak mengalami kekeringan, bukan hanya Sungai Gendol melainkan sungai-sungai di sekitarnya seperti sungai kretek, sungai kebeng dan sungai-sungai di sekitarnya. Proses upacara berupa pembukaan oleh tokoh masyarakat yang ditunjuk oleh masyarakat sesuai dengan hasil musyawarah, dilanjutkan dengan penyembelihan kambing oleh tokoh masyarakat dan ditutup dengan doa dan selamatan. Menurut Pak Sudarmo, orang yang bertugas membuka maupun menyembelih merupakan orang yang sama. Dahulu salah satu tokoh masyarakat yang bertugas menyembelih kambing yaitu Bapak Hadi Sumitro (Almarhum) dari Kepuh, sekarang sudah diganti oleh Bapak Supriyono (Tokoh masyarakat) yang dipilih berdasarkan hasil musyawarah warga. Selain itu orang yang membuka dan memimpin doa sebelum kenduren dimulai yaitu Bapak Mudin (Tokoh masyarakat). Persyaratan utama dalam upacara dandan kali adalah semua yang hadir atau mengikuti prosesi upacara merupakan laki-laki, perempuan tidak diperbolehkan mengikuti prosesi upacara. Tidak ada yang mengetahui alasan larangan tersebut, masyarakat hanya menyebutnya sebagai tradisi turun temurun. Perempuan hanya bertugas membantu pembuatan nasi tumpeng di rumah dan membantu menyiapkan peralatan yang dibutuhkan selama upacara berlangsung. Jarak yang cukup jauh antara pemukiman warga dan tempat pelaksanaan upacara ditempuh dengan berjalan kaki dan atau menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda motor. Tidak ada ketentuan dalam tata cara berpakaian, masyarakat cukup datang berpakaian seadanya membawa sesaji dan kambing yang akan disembelih. Setiap dusun menyiapkans satu kambing sehingga jumlah kambing yang disembelih yaitu 3 ekor. Ketika pelaksanaan upacara, terdapat pembagian tempat antar dusun. Dusun Manggong berada di bagian paling selatan, Dusun Kepuh berada di bagian tengah dan Dusun Pagerjurang berada di ujung utara. Upacara dimulai dari pukul 07.00 WIB setelah seluruh warga dusun berkumpul, setelah itu dilakukan penyembelihan kambing, sebagian warga menyiapkan bumbu dan tungku untuk memasak. Kambing dimasak dengan bumbu mirip gulai dengan istilah ‘becekan’. Setelah selesai dimasak, daging kambing dibungkus menggunakan plastic dan dibagikan kepada peserta upacara serta tersedia bagi orang-orang yang menginginkan daging tersebut. Kenduri dimulai setelah shalat jumat di tempat yang sama. Orang yang hadir dan ikut berpartisipasi dalam upacara merupakan masyarakat 1) Manggong; 2) Kepuh; 3) Pagerjurang mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Sesaji merupakan perlengkapan yang dipersiapkan untuk Upacara Dandan Kali antara lain (1)nasi tumpeng;(2)Panggang ingkung;(3)Tukonan pasar atau jajanan pasar; (4)Kambing jawa jantan yang sudah tua atau sekitar umur 2 tahun dengan kualitas kambing paling baik; (5)Nasi ambeng disediakan untuk syukuran atau selamatan masyarakat sekitar untuk kemudian dimakan bersama di tempat upacara. Kambing betina tidak boleh disembelih untuk upacara dandan kali karena dapat membawa malapetaka atau bencana kepada masyarakat dan jenis kambing yang disembelih harus kambing jawa tidak diperbolehkan jenis lainnya. Dulu pernah ada bantuan dari lapangan golf merapi disokong dan dibantukan dengan wedhus gembel, karena tidak berani menyembelih kambing maka kambing tersebut dijual kemudian uang hasil penjualan dibagikan ketiga dusun. Upacara Dandan kali dimaknai sebagai rasa syukur masyarakat kepada Dzat Adikodrati yang telah memberikan kehidupan, rezeki serta keselamatan melalui nenek moyang atau pepunden yang telah meninggal. Menurut Pak Mardi, kelak ketika manusia sudah meninggal maka fisiknya saja yang ditinggalkan sedangkan sukma atau ruhnya masih tetap hidup. Oleh karena itu, masyarakat berusaha menjalankan kehidupan dengan baik dan tetap berdoa untuk keselamatan serta kesejahteraannya. Selain itu, Upacara Dandan Kali bertujuan supaya masyarakat Kepuharjo senantiasa diberikan keselamatan, bagi orang yang mencari rezeki atau bekerja di sekitar tebing diberi keselamatan, diberikan hujan supaya para petani dapat bercocok tanam dan masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya sekitarnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari serta meningkatkan perekonomian masyarakar. Masyarakat percaya bahwa doa yang dilantukan dan harapan masyarakat selama upacara berlangsung akan dikabulkan sehingga masyarakat berupaya untuk tetap melestarikan upacara tersebut disamping melakukan tradisi nenek moyang, mereka meyakini bahwa jika upacara tersebut tidak dilakukan akan terjadi suatu bencana atau malapetaka yang akan menimpa masyarakat.