DIGITALISASI AKSARA JAWA

Admin 2022-04-07 00:50:15

DIGITALISASI AKSARA JAWA

Aksara Jawa merupakan aksara dipergunakan diwilayah Jawa, Bali, Lombok, Madura dan sebagian Jawa Barat (sekalipun dengan penamaan aksara yang beda-beda) yang tetap eksis dan berkembang diera digital sekarang ini. Keberadaan aksara Jawa mengalami pasang surut seiring perkembangan politik, sosiokultural dan kemajuan teknologi. Bila dilihat dari sejarah asal muasal dan perkembangan aksara Jawa, maka kita akan mendapti bahwa aksara Jawa merupakan aksara transisi dari aksara Pallawa yang kemudian bertrasnsisi menjadi aksara Kawi. Penggunaan aksara Kawi berkembang meluas dibeberapa daerah di nusantara. Aksara Kawi yang berkembang di Sumatra bertransisi menjadi menjadi aksara akara Batak, aksara Kaganga, Aksara Makasar dan aksara Lontaraq serta aksara turunannya. Sementara aksara Kawi yang berkembang di Jawa berkembang menjadi aksara Jawa Kuna dan aksara Jawa modern, aksara sunda Kuna dan aksara Sunda modern, aksara Cacarakan, aksara Buda atau aksara Gunung, aksara Bali dan aksara Sasak serta aksara Madura. (Holle: 1882).

Perkembangan aksara Kawi dan aksara Jawa dalam dimensi waktu yang berbeda dan dalam eksistensinya juga menggunakan media penulisan yang berbeda.  Media dalam mengabadikan aksara Kawi maupun Jawa mengalami perkembangan seiring perkembangan jaman. Aksara Kawi yang kita jumpai sekarang sebagian besar tertulis pada pahatan batu candi atau batu prasasti yang dijadikan sebagai tetenger, sedangkan aksara Jawa yang kita temukan sebagai bukti sejaran berupa manuskrip atau naskah menggunakan tulisan tangan yang terdapat pada daun lontar, dluwang atau daluwang dan sebaian lagi ditulis dalam kertas sebagai hasil dari proses cetak.

Suatu hal yang unik bila kita cermati manuskrip yang bertuliskan aksara Jawa yaitu adanya berbagai macam langgam dan gaya penulisan aksara Jawa yang digunakan diberbagai daerah. Hal tersebut akibat dari adanya berbagai macam langgam dan gaya penulisan. Dampak dari bebagai macam langgam dan gaya penulisan tersebut menjadikan aksara Jawa bagaikan aksara serumpun ketimbang sebagai aksara tunggal, maka tidak mengherankan bila seseorang yang ahli aksara Jawa disuatu daerah tidak mampu membaca manuskrip aksara Jawa yang berasal dari daerah lain (Perdana: 2020).

 Macam-macam Langgam tulisan tanggan aksara Jawa

Data sejarah kita temui menjelaskan bahwa awal mula perkebangan aksara Jawa modern terjadi sekitar abad ke-16 masehi. Aksara Jawa berkembang secara pesat dan aktif digunakan oleh masyarakat penggunanya sekitar abad ke-16 hingga abad 20 masehi. Bayak karya yang dihasilkan para pujangga yang ditulis melalui media lontar, dluwang atau daluwang atapun kertas yang sengaja diekspor dari Eropa oleh VOC. Aksara Jawa semakin berkembang dengan adanya perhatian pemeritah Belanda melalui VOC dengan dibuatnya movable type atau mesin cetak aksara Jawa sekitar abad 18 masehi. Perkembangan aksara Jawa cetak memakan waktu yang panjang sekitar 20 tahun yaitu dari tahun 1817 sampai 1837 masehi sampai alat cetak aksara Jawa dikatakan siap untuk digunakan. (Perdana: 2020).

Bentuk umum naskah lontar

selembar lontar beraksara Jawa dari tahun 1715

Naskah yang ditulis di kertas daluang atau dluwang 

Perkembangan aksara Jawa cetak berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa khususnya orang-orang Belanda terhadap kajian bahasa Jawa. Pembuatan mesik cetak aksara Jawa melibatkan banyak pihak diatarannya tokoh pemeritah dan budayawan. Aksara Jawa cetak awalnya merupakan Prakarsa dari sekretaris jenderal Batavia, JC Baud yang menugaskan Paul van Vlissingen untuk membuat Typeface aksara Jawa. Typeface karya Paul van Vlissingen yang kemudia tertenal dengan Typeface Vlissingen untuk kali pertama digunakan dalam surat kabar Bataviasch Courant edisi bulan Oktober 1825.  Pada saat yang bersamaan Gottlob Brückner bekerja sama dengan Baptist Missionary Society di Serampore, India juga membuat Typeface aksara Jawa yang diperuntukan untuk menulis ijil yang kemudian lebih dikenal dengan nama Typeface Brückner..  Typeface aksara Jawa dan injil karya Gottlob Brückner selesai pada tahun 1829. (Molen: 2000 dalam Perdana, 2020: 15).

Pada perjalan waktu selanjutnya Typeface karya Paul van Vlissingen dan Gottlob Brückner ternyata dianggap memiliki kekurangan diantaranya tidak memiliki sejumlah huruf yang dibutuhkan untuk menulis karya sastra klasik Jawa (semisal beberapa aksara mahaparana, dan pada luhur), selain itu proporsisiya juga dianggap canggung dan terlalu bergaya pesisiran.

Seiring berkembanya kajian bahasa dan aksara Jawa pada akhirnya munculah Typeface karya Taco Roorda. Typeface Roorda ini sekalipun pada awalnya ada yang mengkritik tetapi pada kenyatanya bisa bertahan lama dan dipergunakan dalam dunia cetak-mencetak surat kabar, buku yang menggunakan aksara Jawa bahkan digunakan untuk suntingan manuskrip-manuskrip kuna. Beberapa tahun selanjunya munculah Typeface karya Taco Roorda bekerjasama dengan Martinus Hübner dari Enschedé membuat typeface kedua yang bergaya miring dan disambut dengan baik pula oleh masyarakat pengguna Tapeface tersebut.  Bentuk Tepyface karya Taco Roorda dan Martinus Hübner menyandarkan pada naskah-naskah yang ada di karaton Surakarta (Molen: 2000 dalam Perdana, 2020: 16-17). 

 

 Plat huruf typeface Roorda

Adanya typeface aksara Jawa menjadikan perkembangan aksara Jawa semakin pesat, bukan hanya yang berwujud buku ataupun suntingan manuskrip, akan tetapi karya yang berwujud surat kabar, majalah, buletin, dokumen dan surat resmi, iklan bahkan digunakan dalam pembuatan mata uang. Adanya typeface aksara Jawa menjadikan aksara Jawa tidak hanya dipergunakan dikalangan ningrat tetapi juga meluas kepada masyrakat kalangan bawah. Hal tersebut tentunya sangat membanggakan. Aksara Jawa yang semakin luas digunakan dimasyarakat menjadikan eksistensi aksara Jawa semakin terlihat jelas. Aksara Jawa digunakan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari khususnya masyarakat yang bertemepat tinggal di pulau Jawa.

bulletin pemerintahan Surakarta Kabar Paprentahan dan  lembar obligasi pemerintahan Hindia Belanda

  Uang Gulden Hindia Belanda seri Wayang 

Majalah Kajawén, iklan bohlam lampu, dan iklan bubur havermut          

Seiring berjalannya waktu penggunaan typeface aksara Jawa diangap kurang memadai untuk memenuhi kebutahan dunia percetaka. Hal tersebut dikarenakan typeface aksara Jawa yang digunakan secara manula membutuhkan waktu yang relatif cukup memakan waktu untuk menyusun aksara Jawa menjadi rangkaian kata dan kalimat. Hal tersebut menjadikan proses pencetakan aksara Jawa semakin lama dan dalam jumlah terbatas, sedangkan pembaca karya cetak beraksara Jawa semakin meluas. Menyikapi permasalahan tersebut, maka digagaskan adanya mesin ketik aksara Jawa.

Perkembangan selanjutnya mesin ketik manual aksara Jawa diketahui memiliki beberapa kekurangan antara lain tidak bisa mengakomodir keberadaan aksara mahaprana, pasangan aksara suara, pasangan rangkap tiga ataupun pasangan panjingan. Hal tersebut karena keterbatasan tempat pada papan ketik mesin ketik tersebut. Bila semua aksara Jawa akan diakomodir dalam mesin ketik aksara Jawa maka mebutuhkan papan ketik yang labar dan hal tesebut tentunya akan kurang efektif, sehingga pada akhirnya penggunaan mesin ketik manual aksara Jawa tidak terlalu popular dibandingkan dengan typeface aksara Jawa, hal tersebut menjadikan salah satu sebab mesik ketik aksara Jawa kurang mendapat perhatian. Mesin ketik aksara Jawa ini hanya popular di wilayah Surakarta.  Adaya segala permasalahan yang muncul dilapangan, maka disusunlah sebuah paugeran dalam sebuah Konggres Aksara Jawa yang diselenggarakan di Surakarta pada tahun 1922. Kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan Paugera Sriwedari.

 

Mesin ketik aksara Jawa.

Perkembangan aksara Jawa khusunya aksara Jawa versi cetak mengalami pasang surut. Puncak surutnya perkembangan aksara Jawa pada saat penjajahan Jepang diera perang kemerdekaan. Paska perang kemerdekaan aksara Jawa mulai menggeliat lagi namun pada akhirnya mengalami surut kembali sekitar tahun 1970-an dan seolah-olah mati mati dalam jangka waktu cukup lama hingga tahun 2000-an.

Meskipun pada praktiknya aksara tetap digunakan dan diajarkan disekolah tetapi kesannya hanyalah simbolik semata. Aksara Jawa diketahui oleh masyarakat luas tetapi masyarakat penggunanya sudah tidak dapat menggunakanya dengan berbagai alasan. Umumnya karena sudah tidak hafal aksara Jawa atau hafal tetapi hanya sebagian kecil saja. Sekalipun banyak diadakan revitalisasi tetapi tidak maksimal dalam hasilnya, sehingga dalam praktinya aksara Jawa ada tetapi hanya dekoratif saja.

Perkembangan aksara Jawa mulai menggeliat kembali pada tahun 2006, beretepatan adanya Kongres Bahasa Jawa V di semarang dengan dilauchingnya konverter Pallawa dan font Hanacaraka karya Teguh Budi Sayoga. Adanya font Hanacaraka menjadikan aksara Jawa tampil kembali dunia cetak melalui perangkat elektronik berupa komputer. Namun aksara karya Tegus Budi Sayoga masih menggunakan tipe Ansi. Maksudnya adalah bahwa aksara Jawa tersebut masih meminjam Slot Unicode huruf Latin. Hal tersebut bisa dilihat ketika aksara Jawa yang kita ketikan di MS Word saat dikopi paste ke laman internet akan kembali menjadi huruf Latin. 

Penampilan Konventer Aksara Jawa-Latin dan Font Aksara Jawa Ansi

Perkembangan selanjutnya, para pecinta dan penggiat aksara Jawa berusaha agar aksara Jawa tetap lestari dan juga bisa diaku oleh dunia Internasional dengan jalan mendaftarkan aksara Jawa ke Konsorsium Unicode. Pada tahun 2007 atas prakarsa Yayasan Ajisaka dibentuklah tim Registrasi Unicode Aksara Jawa. Proses penyusunan proposal Unicode aksara Jawa tidaklah semudah membalikan telapak tangan dan tentunya membutuhkan biaya yang sedikit serta membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu dimulai dengan  pengumpulan sejak tahun 2005. Disisi yang lain dokomen pendukung yang harus dilengkapi juga tidak sedikit. Data berupa bukti aksara secara fisik maupun dokumen dukungan dari berbagai Lembaga ataupun segala lapisan masyarakat pengguna aksara Jawa. Berikut dokumentasi yang sertakan dalam proposal Unicode aksara Jawa

  

Setelah semua dokumen yang diperlukan terkumpul, maka pada tahun 2008 diajukanlah proposal For Encoding The Javanese Script in To UCS atau yang lumrah disebut proposal Unicode Aksara Jawa yang digawangi oleh Hadi Waratama, Ki Sudarto H.S. (Demang Såkåwatèn), Bagiono Djokosumbogo, Sutadi Purnadipura, Donny Harim dan Michael Everson. Setelah melalui perjuangan yang luar biasa oleh para penggagas Unicode aksara Jawa dan proses yang panjang, dimana dalam proses pengajuanya aksara Jawa masih belum bisa diakui karena masih ada beberapa aksara Jawa yang belum masuk dalam daftar proposal yang diajukan. Baru pada tahun 2009 Unicode aksara secara sah diakui oleh dunia dan menempati slot A980 – A9DF serta masuk pada Unicode Versi 5.0.

Sungguh perjuangan para pengagas aksara Jawa Unicode sangat luar biasa, sehingga aksara Jawa bisa diakui dunia terlebih lagi dengan adanya aksara Jawa Unicode, maka aksara Jawa dapat digunakan dalam ranah dunia teknologi Informatika atau yang lebih umum kita sebut dengan Digitalisasi Aksara Jawa, Jadi sudah sepatutnyalah kita menghargai perjuangan para beliau dengan penuh tanggungjawab untuk mempelajari dan menggunakan aksara Unicode.

Aksara Jawa terus menunjukan eksistensinya, apalagi pada tahun 2013 aksara Jawa bisa digunakan pada PC. Penggunaan fontt aksara Jawa Unicode pada PC bersamaan dengan dirilisnya OS Windows 8.1. dan Windows 10. Aksara Jawa Unicode pada windows akan dapat digunakan secara sempurna pada MS Office 2019. Font aksara Jawa Unicode didefault sistem Windows Javanese Text.ttf.

Perkembangan selanjutnya di tahun 2016 aksara Jawa Unicode bisa digunakan pada perangkat HP Android versi 4.1 kitket dengan kustimisasi font Pringgandani karya Arif Budiarto dan Waskita Kinati. Lebih lanjut kemudian diciptakannya font Nyk Ngayogya New.ttf dan Nyk Ngayogyan Jejeg.ttf yang dikembangkan Apri Nugroho dan Dinas Kebudayaan Kundha Kabudayan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada perkembanganya font tersebut menjadi font resmi Tata Naskah Dinas Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditetapkan melalui Peraturan Gubernur nomor 70 tahun 2019. Pada perkembangan akhir disempurnakannya font Noto Sans Javanese ttf. oleh tim pengembang Google yang digunakan sebagai font resmi OS Android 11.

 

Tabel Spesifikasi Program Digitalisasi aksara Jawa pada Laptop dan HP Android

Pemanfaatan Digitalisasi Aksara Jawa pada HP Android dan Laptop

Pada tahun 2020 dinas Dinas Kebudayaan Kundha Kabudayan Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Apri Nugroho memunculkan font Nyk Ngayogyan Jejeg.ttf dan fontt ini digunakan sebagai font resmi pada dokumen pengajuan standarisasi font dan papan tombol aksara Nusantara (Aksara Jawa, Bali dan Sunda) ke Badan Standar Nasional (BSN) yang surat keputusanya terbit pada tahun 2021 pada surat Keputusan SNI 9047:2021 untuk font Aksara Nusantara dana SNI 9048:2021 untuk Tata Letak Papan Tombol Aksara Nusantara. Pengusalan SNI Font Nusantara dan Tata Letak Papan Tombol Aksara Nusantara sebagai tindak lanjut amanat dari Kongres Aksara Jawa I yang diselenggarakan di Yogyakarta tepat pada 22-26 Maret di Hotel Grand Mercure, Sleman, Yogyakarta.

Pengajuan Font dan Papan Tombol Aksara Nusantara yang diajukan oleh PANDI, Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Tim Kongres Aksara Jawa I, Tim pengembang aksara Bali dan Tim pengembang aksara Sunda dilatar belakangi oleh adanya penolakan atas pangajuan IDN (Internationalized Domain Name) Indonesia aksara Jawa ke lembaga interntet dunia ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and Numbers). Ada beberapa alasan kenapa pengajuan domain aksara Jawa ditolak oleh ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and Numbers) antara lain 1). Bahasa Jawa belum masuk sebagai bahasa administratif Indonesia di ISO 3166-1 Country Code, 2). Aksara Jawa belum masif digunakan oleh masyarakat pendukungnya, dan hanya digunakan pada sektor pendidikan, sejarah dan budaya, belum pada penggunaan keseharian (kita tahu orang Jawa lebih suka menulis bahasa Jawa menggunakan Latin daripada aksara Jawa), 3). Status aksara Jawa di Unicode masih kategori tabel 7 “Limited Use Script”, dikenal Namun Tidak terpakai.

Suatu hal yang patut kita jadikan cacatan untuk kita semua. Bila aksara Jawa dapat  dienkripsi oleh ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and Numbers), maka aksara Jawa secara otomatis akan dipergunakan pada semua perangkat teknologi informatika khususnya perangkat Laptop atau PC maupun HP Android. Sehingga aksara Jawa diranah digital dapat digunakan oleh siapapun yang akan belajar aksara Jawa.

Catatan bagi kita semua adalah bahwa enkripsi aksara Jawa dapat terwujud bila kita mampu memasyakatkan aksara Jawa dan membudayakan aksara Jawa dalam kehidupan sehari-hari serta meleburkan aksara Jawa dalam kehidupan, khususnya di dunia pendidikan. Sungguh akan sangat disayangkan dan sangat miris bila aksara Jawa Unicode yang sudah diakui dunia Internasional dengan perjuangan yang sangat laur bisa oleh para penggagas, tetapi terpinggirkan oleh pemiliknya dan teronggok disudut kehidupan, jangankan dipelajari, digunakan dan dilestarikan dilirik sebelah mata saja tidak. (Abdul Afif Rosyidi, S.Pd.)

 

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Bayu Perdana. 2020. Ragam Langgam Aksara Jawa dari Manuskrip hingga Buku Cetak. Manuskripta Vol 10 No 1, 2020.

Aditya Bayu Perdana. Logam Huruf Jawa I: Aksara Pribumi dan Teknologi Eropa. http://www.naraaksara.com/2020/05/logam-huruf-jawa-i-aksara-pribumi-dan.html Kamis, 3 Maret 2022 jam 09.55.

Eko Sutriyanto. 2015. Museum Ranggawarsita Semarang Pemerkan Mesin Ketik Huruf Jawa, https://www.tribunnews.com/regional/2015/11/04/museum-ranggawarsita-semarang-pemerkan-mesin-ketik-huruf-jawa. Rabu, 4 November 2015 08:59 WIB

Setya Amrih Prasaja. 2021. Aksara Jawa dan Tata Tulisnya. Bahan presentsi Pelatihan TOT Internalisasi Keistimewaan Bagi Para Pendidik.