Jamasan Pusaka Tumbak Kyai Turun Sih Kabupaten Sleman Tahun 2021
- home //
- Jamasan Pusaka Tumbak Kyai Turun Sih Kabupaten Sleman Tahun 2021
Jamasan Pusaka Tumbak Kyai Turun Sih Kabupaten Sleman Tahun 2021
Pusaka Tumbak Kyai Turun Sih merupakan salah satu tetenger berupa tombak yang dimiliki Kabupaten Sleman atas pemberian Raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengkubuwono X, pada tanggal 15 Mei 1999 bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Sleman yang ke 83 tahun. Pusaka tersebut mempunyai dapur cekel baluluk, pamor wos wutah winengku, dibagian bawah terdapat tatahan emas yang menjadi ciri kas pusaka tersebut. Pusaka Tumbak Kyai Turun Sih sangat cocok untuk dimiliki oleh Kabupaten Sleman, diharapkan bisa menjadikan Kkabupaten Sleman mempunyai sifat dan karakteristik laku hambek paramarta yang dijiwai rasa kasih sayang bagaikan sebuah keluarga besar yang harmonis, manunggal baik bagi paran para pengemban pangembating praja Kabupaten Sleman maupun masyarakat untuk melestarikan dan mengembangkan potensi Kabupaten Sleman.
Pelaksanaan Jamasan Pusaka Tumbak Kyai Turun Sih di Kabupaten Sleman mengikuti aturan/paugeran jamasan di Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Jamasan di lakukan setiap satu tahun sekali pada bulan suro, dan tahun ini dilaksanakan Jumat, 27 Agustus 2021. Prosesi jamasan diawali dengan pengambilan Pusaka Tumbak Kyai Turun Sih beserta song-song yang selalu menyertainya dari tempat penyimpanan. Pusaka di bawa ke tempat jamasan yang telah disiapkan, kemudian di doakan dengan syarat-syarat tertentu (ubarampe sesuai adat dan tradisi jamasan) dengan harapan agar prosesi jamasan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kemudian pusaka disiram dengan air kembang setaman dan dibersihkan dengan air jeruk nipis, hal tersebut dilakukan berulang-ulang, dapat menggunakan sikat, kuasi, juga dapat menggunakan air kelapa, atau pakai minyak mesin jait. Pada dasarnya pusaka di jamas sampai bersih dari minyak dan kerak yang menempel di pusaka. Kemudian dilakukan pemethakan dengan air jeruk nipis, di angin-anginkan dan di jemur di terik matahari sampai kering dan sampai bisa keluar pamornya, kemudian bila perlu di beri warangan. Terakhir diberi minyak pusaka, biasanya memakai minyak cendana. Kemudian di jemur lagi dan di lap sampai betul-betul kering. Setelah semua rangkaian dilaksanakan, pusaka di masukkan kembali ketempatnya seperti semula.