Kabupaten Sleman Juara Kedua dalam Festival Kethoprak se-Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019
- home //
- Kabupaten Sleman Juara Kedua dalam Festival Kethoprak se-Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019
Kabupaten Sleman Juara Kedua dalam Festival Kethoprak se-Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019
Selama tiga hari berturut turut dari Senin, 14 Oktober 2019 hingga Rabu, 16 Oktober 2019 pukul 19.30 WIB – selesai bertempat di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, Jln. Sriwedani No. 1 Yogyakarta, yang diselenggarakan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam Kesempatan tersebut Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman mengirimkan kontingen kethoprak dengan lakon “Mboyong Sekar Layu”. Lakon “Mboyong Sekar Layu” sendiri mengisahkan tentang perjalanan Jaka Bandung yang sedang mencari siapa orang tuanya sebenarnya, hingga kisah asmara yang bertepuk sebelah tangan dan berakhir dengan kematian orang yang dicintainya. Pengiriman kontingen tersebut dimaksudkan untuk memperkenalkan dan mempromosikan potensi seni budaya yang ada di Kabupaten Sleman kepada masyarakat yang lebih luas.
Dalam Festival Kethoprak tersebut, kontingen kethoprak dari Kabupaten Sleman menjadi juara kedua dengan total nilai 1.260. Untuk juara pertama diraih oleh kontingen kethoprak dari Kabupaten Kulon Progo dengan total nilai 1.275, juara ketiga diraih oleh kontingen kethoprak dari Kabupaten Bantul dengan total nilai 1.200. Sedangkan sebagai penyaji harapan pertama adalah kontingen kethoprak dari Kabupaten Gunung Kidul dengan total nilai 1.185, penyaji harapan kedua adalah kontingen kethoprak dari Kota Yogyakarta dengan total nilai 1.110.
Diharapkan ajang ini dapat menjadi media beraktivitas dan peningkatan kualitas seniman guna mempertahankan eksistensi jati diri seniman sebagai salah satu akar budaya seni, sekaligus memberikan ruang kepada seniman dalam mengekpresikan diri melalui kesenian kethoprak. Selain itu, juga untuk pembangunan karakter terhadap masyarakat luas khususnya generasi muda serta meningkatkan “rasa handarbeni” terhadap budaya sendiri yang adiluhung. Dengan semakin meningkatnya internaisasi budaya dikalangan warga masyarakat akan menjadi benteng sekaligus filter yang kuat di era globalisasi. Tentunya semua ini dimaksudkan untuk mendukung dan mengimplementasikan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.