Kadisbud Sleman Kunjungi Pintu Gerbang Majapahit

  • home //
  • Kadisbud Sleman Kunjungi Pintu Gerbang Majapahit
Admin 2019-11-01 08:41:52

Kadisbud Sleman Kunjungi Pintu Gerbang Majapahit

 
SLEMAN – Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman HY Aji Wulantara, SH, M.Hum mengunjungi Pintu Gerbang Majapahit, salah satu situs sejarah nusantara yang berada di Rendole Muktiharjo Margorejo Kabupaten Pati, Sabtu 20 Januari 2018. Kunjungan tersebut mengemban misi untuk mempelajari dan mendalami sejarah nusantara yang memiliki nilai tinggi dalam pembentukan kebudayaan nusantara. Turut mendampingi pengamat sejarah dan budaya Hestu Widodo serta Kepala Seksi Cagar Budaya dan Tradisi Sejarah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati Trevita Puspita Hadi, SE, MM.
 
Demikian dinyatakan oleh Kepala Bidang Dokumentasi, Sarana dan Prasarana Kebudayaan Wasita, SS, M.AP, Minggu 21 Januari 2018.
 
Selama 2 (dua) jam Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman memperoleh penjelasan langsung oleh Juru Kunci Pintu Gerbang Majapahit Budi Santoso atau sapaan Mbah So. Selain itu juga mengunjungi tokoh masyakat setempat Drs. Agus Susanto untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang potensi seni budaya, tradisi lokal dan kuliner di kawasan tersebut.
 
Sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Seksi Cagar Budaya dan Tradisi Sejarah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati Trevita Puspita Hadi, SE, MM, obyek wisata budaya Pintu Gerbang Majapahit merupakan asset bangsa yang adiluhung, yang menggambarkan sejarah jaman Hindu pada masa kerajaan yang paling berjaya di nusantara pada abad 15 Masehi. Bahwa obyek tersebut merupakan situs peninggalan yang berupa Pintu Gerbang yang terbuat dari kayu jati. Pintu gerbang ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diperebutkan oleh Raden Kebo Nyabrang sebagai persyaratan untuk diakui sebagai Putra Sunan Muria.dan Raden Ronggo yang juga menginginkan pintu gerbang tersebut. Sunan Muria mendengar perselisihan tersebut dan kemudian melerai yang akhirnya mengakui bahwa Raden Kebo Nyabrang sebagai putranya. Kemudian dia diberi amanah untuk menjaga Pintu Gerbang Majapahit tersebut hingga akhir hayat.
 
Aji Wulantara memahami fenomena sejarah tersebut menggambarkan jiwa ksatria dan tanggung jawab yang tinggi terhadap sebuah amanah. Bahwa tokoh utama dalam legenda tersebut meliliki jiwa “sengguh ora mingkuh” dalam upaya untuk membuktikan kecintaannya terhadap orang tua melalui tugas yang berat. Filosofi ini sangat mendasar dan layak untuk diimplementasikan dalam organisasi dan dunia kerja, bahwa jiwa yang kuat, semangat dan loyalitas tinggi akan turut menentukan dan berkontribusi positif terhadap keberhasilan sebuah organisasi.-