Lakon “Mawar ing Watu Candi” Tampil Memukau Dalam Festival Kethoprak 2019

  • home //
  • Lakon “Mawar ing Watu Candi” Tampil Memukau Dalam Festival Kethoprak 2019
Admin 2019-11-06 13:30:04

Lakon “Mawar ing Watu Candi” Tampil Memukau Dalam Festival Kethoprak 2019

Dalam rangka melestarikan, mengembangkan dan memperkenalkan budaya serta untuk mewujudkan masyarakat sleman yang berbudaya, maka Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman Selama sembilan hari berturut-turut kembali menggelar Festival Kethoprak Antar Kecamatan se-Kabupaten Sleman Tahun 2019. Kegiatan yang bersumber dari dana keistimewaan tahun 2019 ini, dilaksanakan pada tanggal 12 s.d 20 Juli 2019 pukul 19.30 WIB – Selesai bertempat di Lapangan Baratan Candibinangun, Pakem, Sleman. Sebanyak 17 kecamatan akan ikut berpartisipasi dalam Festival Kethoprak tersebut. Dalam kegiatan tersebut kontingen dari Kecamatan Gamping tampil memukau didapan ketiga dewan juri.

Ketiga dewan juri yang terdiri atas Drs. Purwadmadi, Akhir Lusono, S.Sn, dan Sukoco memberikan nilai 257 pada Kontingen Kecamatan Gamping dengan lakon Mawar ing Watu Candi mengungguli 16 kontingen kecamatan lainnya. Adapun sinopsis dari lakon “Mawar ing Watu Candi” adalah  Lampahan menika kapendhet saking cariyor Rara Jonggrang ingkang dipun sanggit malih. Prabu Baka ingkang jumeneng nata ing Prambanan, gadhah sedya ngraman dumateng Kraton Salembi, awit badhe ngrebat panguwaos saha males ngudi tuwuh lara wirang awit sedanipun ingkang rama, Prabu Karungkala. Wonten senes panggenan . Bandung, pangeran saking Kraton Salembi tansah kaimpi-impi dipun ladosi Rara Jonggrang, putranipun Prabu Baka. Kanti pambiyantunipun Bandawasa. Badung mbudidaya mugi saged kelampahan nggarwa Rara Jonggrang.

Diharapkan ajang ini dapat menjadi media beraktivitas dan peningkatan kualitas seniman guna mempertahankan eksistensi jati diri seniman sebagai salah satu akar budaya seni dan untuk menggali dan menjaring potensi seniman yang ada ditingkat masyarakat. Selain itu, juga untuk pembangunan karakter terhadap masyarakat luas khususnya generasi muda serta meningkatkan “rasa handarbeni” terhadap budaya sendiri yang adiluhung. Dengan semakin meningkatnya internaisasi budaya dikalangan warga masyarakat akan menjadi benteng sekaligus filter yang kuat di era globalisasi.