MASJID SULTHONI WOTGALEH

Admin 2022-02-07 14:57:53

MASJID SULTHONI WOTGALEH

Masjid Sulthoni Wotgaleh terletak di Padukuhan Wotgaleh, Noyokerten, Kalurahan Sendangtirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman. Masjid Suthoni Wotgaleh telah di tetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya oleh Bupati Kabupaten Sleman dengan nomor 14.7/Kep.KDH/A/2017 pada tanggal 6 Februari2017. Masjid Sulthoni Wotgaleh dibangun sekitar tahun 1600 Masehi, seiring dengan keberadaan makam Hastono Wotgaleh, yaitu makam Panembahan Purubaya I, yang lebih terkenal dengan sebutan Banteng Mataram, karena keberaniaan dan ketangguhan dalam berperang dan pernah menyerbu Batavia. Selain makam Panembahan Purubaya I, juga dimakamkan Panembahan Purubaya II, Panembahan Purubaya III.  Wotgaleh berasal dari kata wot yang berarti jembatan, menyeberangi atau meniti, dan galeh atau galih berarti hati, sehingga wotgaleh berarti tempat bagi orang-orang yang ingin menguatkan hatai dalam mencapai kesabaran lahir dan batin.

Masjid Sulthoni Wotgaleh merupakan masjid milik Kraton Yogyakarta yang berada di wilayah Negara Agung, selain berfungsi untuk keagamaan (Islam) juga berfungsi sebagai tempat pertahanan rakyat. Pada waktu didirikan bangunan makam dan masjid, berada di tengah-tengah pemukiman warga. Namun pada masa penjajahan Jepang diadakan pelebaran wilayah bandara, sehingga rumah-rumah penduduk dipindahkan ke tempat lain. Sekeliling masjid-makam sekarang merupakan tanah TNI AU yang ditanami tebu.

Masjid Sulthoni Wotgaleh merupakan masjid yang berada dalam satu komplek dengan makam yang disebut Hastono Wotgaleh, yaitu makam Panembahan Puruboyo I (putra Panembahan Senopati dari Mataram Islam). Seperti umumnya bangunan masjid di Jawa menggunakan atap berbentuk Tajug. Dari ciri-ciri yang ada merupakan tipe Tajug Lawakan Lambang Teplok, yaitu bangunan dengan atap tajug di bagian tengah dan mempunyai atap pananggap di keempat sisinya. Bagian atas atap pananggap terdapat blandar lumajang yang menempel pada sunduk-kili pamidhangan atau sakaguru. Di samping kiri dan kanan ruang utama masjid terdapat ruang yang disebut Pawestren(untuk sholat perempuan) dan ruangan untuk takmir masjid. Di bagian depan terdapat serambi berbentuk Limasan dengan tiang atau saka utama berjumalah 8 (delapan) buah, di bagian luarnya terdapat atap emper. Di serambi masih ada bedug lama, sebagai sumber bunyi untuk menandakan waktu sholat sebelum adanya pengeras suara.