MUSEUM MINI SISA HARTAKU (The House of Memory)
- home //
- MUSEUM MINI SISA HARTAKU (The House of Memory)
MUSEUM MINI SISA HARTAKU (The House of Memory)
Ganasnya letusan gunung merapi memberikan jejak yang terlihat bagi semua masyarkat Indonesia khususnya Yogyakarta. Dampak letusan yang dahsyat terekam dalam memori semua penduduk kaki gunung merapi. Pada hari Selasa 26 Oktober 2010 merapi erupsi, wedhus gembel dan lahar panas yang merah menghabiskan hutan pepohonan yang hijau di kaki gunung. Wedhus gembel melewati rumah penduduk desa asli Kepuharjo dan sekitarnya.
Tidak hanya rumah yang habis terbakar, namun korban jiwa yang meninggal terdapat ratusan dari berbagai kalangan usia. Letusan ini menyisakan pilu yang sangat dalam bagi penduduk kaki gunung merapi, seluruh Indonesia juga merasakan kesedihan atas bencana alam yang melanda Yogyakarta khususnya Sleman.
Memori bencana alam atau letusan gunung merapi pada tahun 2010 akan selalu terekam di dalam cerita hidup masyarakat. Salah satunya Bapak Sriyanto, yang kemudian sisa-sisa rumahnya menjadi sebuah museum dan diberi nama Museum Mini Sisa Hartaku atau The House of Memory. Museum yang sudah dikenal banyak orang ini terletak di Kepuharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY.
Sriyanto mengumpulkan sisa-sisa harta yang rusak dan diletakkan di dinding rumah. Hal ini bertujuan sebagai pengingat dari generasi ke generasi akan dahysatnya letusan gunung merapi tahun 2010. Harta benda seperti tv, radio yang sudah meleleh, rangka sepeda, rangka motor, ember, jam dinding, gamelan, dan barang-barang lain hingga rangka hewan ternak milik penduduk juga terpajang di museum ini. Foto-foto saat kejadian erupsi ditempel di dinding museum. Selama melihat foto hingga barang-barang sisa hartaku kita seperti dibawa ke suasana mencekam dan mengerikannya erupsi gunung merapi waktu itu yang menerjang dan menghabiskan banyak bangunan hingga menimbulkan banyak korban jiwa. Masyarakat umum yang ingin melihat dan terbawa ke dalam suasana erupsi bisa berkunjung langsung ke Museum Mini Sisa Hartaku dengan tarif tiket Rp.5000 per-orang dengan jam buka 08.00-16.00 WIB setiap harinya.
Museum Mini Sisa Hartaku menjadi sebuah kebangkitan, perjuangan, dan awal sebuah kehidupan yang baru untuk penduduk desa yang terkena erupsi. Memori dari kejadian pilu ini tidak akan pernah bisa dilupakan seluruh masyarakat, namun sebagai pengingat bahwa harta dan benda yang ada di dunia hanya titipan. Harta benda bisa hilang dan habis kapan saja. Pelajaran berharga bisa diambil dari museum mini sisa hartaku bagi pengelola, penduduk asli kaki gunung, dan wisatawan yang berkunjung. (risa)
foto : travel.kompas.com