Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SD Negeri Balangan 1 Mengambil Lakon Bima Bothok.

  • home //
  • Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SD Negeri Balangan 1 Mengambil Lakon Bima Bothok.
Admin 2022-08-23 07:26:38

Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SD Negeri Balangan 1 Mengambil Lakon Bima Bothok.

Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada siswa digelar oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman di SD Negeri Balangan 1, Sendangrejo, Minggir, Sleman, Yogyakarta pada Sabtu, 20 Agustus 2022. Sebelum pentas wayang, acara diisi kata sambutan dan pemaparan oleh Wasita,SS,M.AP. selaku Kepala Bidang Warisan Budaya, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman, Subiman, S.Pd. selaku kepala sekolah SD Negeri Balangan 1 dan Edy Suwondo dari Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi).

Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada siswa yang bersumber dari Dana Keistimewaan ini mengambil lakon: Bima Bothok yang disajikan oleh Dalang Ahza Faishal. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah melakukan pembinaan seni dan budaya daerah kepada generasi muda guna memastikan terjadinya regenerasi melalui Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa. Secara umum sudah diketahui bahwa sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini. Seni Pertunjukan Wayang secara berlahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda padahal mengandung berbagai nilai budaya yang positif yang bisa bermanfaat bagi perkembangan kepribadian anak, baik pada usia sebagai anak-anak maupun kelak setelah menjadi manusia dewasa. Nilai budaya tersebut, yaitu nilai-nilai yang sangat bermanfaat untuk mengasah jiwa manusia agar dapat menjadi manusia yang manusiawi artinya sebagai makhluk Tuhan yang sempurna mempunyai akal, pikiran, cipta, rasa, karsa, panca indra dan nafsu, serta mengandung ajaran tentang perbuatan baik-buruk serta budi pekerti. Nilai-nilai tersebut sangat penting dalam kehidupan manusia. Apabila orang sudah bisa menguasai dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, niscaya dia akan menjadi orang yang baik, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Ketika Pandawa mengembara di hutan Kamiyaka singgah di kademangan

Manahilan rumah Demang Wijrapa. Tetapi Dewi Kunti ibu Pandawa merasa

iba melihat kademangan berkabung dan rakyat kecil merasa ketakiutan, maka Dewi

Kunti mendekati Ki Demang Wijrapa dan Nyai Wijrapa, mengapa suasana

kademangan sedih dan Nyai Wijrapa menangis tersedu-sedu, karena desakaan Dewi

Kunti dan Bima, Demang Wijrapa menjawab bahwa besok pagi-pagi benar harus

mengorbankan salah satu orang untuk santapan Prabu Baka raja Ekacakra yang

kebetulan Manahilan juga wilayah kerajaan Ekacakra.

Mendengar ratapan demang Wijrapa merasa iba, Bima belum sampai ditanya Dewi

Kunti Bima sanggup menjadi santapan raja Raksasa Prabu Baka. Tetapi Wijrapa

mengkhawatirkan keselamatannya, Kunti supaya Wijrapa sekeluarga tidak usah

mengkhawatirkan, dan titah dari Prabu Baka raja Rakssa dilaksankannya, semua

saran dari Kunti ditaatinya. Sesampai di kerajaan, Bima diboreh dengan bumbu Bothok layaknya daging dimasak. Prabu Baka menerima Wijrapa dengan membawa satu gerobag hidangan disajikannya. Dasar raja raksasa melihat anak muda tinggi besar sudah tidak sabar Bima yang diam ketika akan ditubruk mulut Baka ditendang Bima dan terjadi perang dahsyat. Tetapi Baka raja yang serakah bisa dimusnahkan. Ketka raja Baka tewas kawula kecil merasa aman tentram. Keluarga Wijrapa merasa senang dan mengucapkan terima kasih. Yang mengejutkan lagi Kunti Bima mengaku istri raja Pandu dan Bima sekeluarga putra Pandu raja Astina, Demang Wijrapa mengucapkan terima kasih yang begitu dalam karena rakyat Ekacakra tidak merasa terancam bahaya lagi dan semua rakyat merasa tentram, Pepatah mengatakan diatas langit masih ada langit.Dm/Dk.