Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SMA Negeri 1 Seyegan Mengambil Lakon Adon-Adon Mandura

  • home //
  • Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SMA Negeri 1 Seyegan Mengambil Lakon Adon-Adon Mandura
Admin 2022-09-15 06:58:40

Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit di SMA Negeri 1 Seyegan Mengambil Lakon Adon-Adon Mandura

Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada siswa digelar oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman di SMA Negeri 1 Seyegan, Dukuh, Margoagung, Seyegan, Sleman, Yogyakarta pada Kamis, 8 September 2022. Sebelum pentas wayang, acara diisi kata sambutan dan pemaparan oleh Arif Marwoto, S.H., MAP selaku Sekretaris Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman, Kristya Mintarja, S.Pd., M.Ed.St selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Seyegan dan Yohanes Jasminto dan tim dari Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi).

Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada siswa yang bersumber dari Dana Keistimewaan ini mengambil lakon: Adon-Adon Mandura yang disajikan oleh Dalang Prasetya Banar Wicaksana. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah melakukan pembinaan seni dan budaya daerah kepada generasi muda guna memastikan terjadinya regenerasi melalui Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa. Secara umum sudah diketahui bahwa sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini. Seni Pertunjukan Wayang secara berlahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda padahal mengandung berbagai nilai budaya yang positif yang bisa bermanfaat bagi perkembangan kepribadian anak, baik pada usia sebagai anak-anak maupun kelak setelah menjadi manusia dewasa. Nilai budaya tersebut, yaitu nilai-nilai yang sangat bermanfaat untuk mengasah jiwa manusia agar dapat menjadi manusia yang manusiawi artinya sebagai makhluk Tuhan yang sempurna mempunyai akal, pikiran, cipta, rasa, karsa, panca indra dan nafsu, serta mengandung ajaran tentang perbuatan baik-buruk serta budi pekerti. Nilai-nilai tersebut sangat penting dalam kehidupan manusia. Apabila orang sudah bisa menguasai dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, niscaya dia akan menjadi orang yang baik, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

 Alun-alun kerajaan Mandura terjabi perbincangan tentang adon-adon  antara jago kasepuhan diwakili Raden Bratasena atau Bima, dan jago kaneman atau Prabu Kangsa diwakili Patih Suratimontro. Sorak-sorak dari kedua pihak karena kedua jago tersebut sama-sama kuat. Yang dimulai dari pagi sampai siang mendadak patih Surati montro roboh tidak bernyawa, Prabu Kangsa melihat jago andalannya tewas merah padam mengejar Bima, Bima melompat pergi dari alon-alon Manduta.

Ketika Kangsa mengejar Bima melihat dua remala langsung dihajar habis-habisan, siapakah dia? Dia adalah Raden Kakrasana dan Raden Narayana, kedua remaja tersebut adalah putra Prabu Basudewa. Mengapa Kangsa menghajar remaja tersebut karena adalah musuh besar Kangsa, karena Kangsa berkeinginan maik Tahta Mandura. Kedua remaja bias diringkus Prabu Kangsa, tetapi Kangsa terpana ketika melihat Dewi Mrenges Brotojoyo yang begitu cantik menawan, wanita itulah yang diinginkan Kangsa, akhirnya kedua tangan Kangsa yang semula kuat meringkus Kakrasana dan Narayana yang akan dibunuh mendadak kendor, kedua remaja gesit tanpa makan waktu, Kakrasana mengeluarkan Mamggala senjata andalannya dan narayana juga mengeluarkan Cakra, Tidak disangka kedua senjata sudah bersarang ditubuh Kangsa dengan sudah tak bernyawa. Kesimpulannya Sepintar apapun atau sekuat apapun ketika berpaling dengan wanita tujuannya sirna.