Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa di SD Negeri Caturharjo: Memaknai Lakon Brojodento Leno
- home //
- Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa di SD Negeri Caturharjo: Memaknai Lakon Brojodento Leno
Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa di SD Negeri Caturharjo: Memaknai Lakon Brojodento Leno
Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa digelar perdana oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman di SD Negeri Caturharjo, Sanggrahan, Caturharjo, Sleman, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Rabu, 16 Agustus 2023. Sebelum pentas wayang, acara di isi kata sambutan mengenai penanaman nilai-nilai budaya dari Ibu Esti Listyowati SE.,MM. selaku Kepala Bidang Warisan Budaya, Sudayati S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Caturharjo, Bapak Jaka Triyana S.Pd. SD., M.Pd selaku Pengawas SD Kapanewon Sleman, Bapak Agus Sutanto selaku Kepala Kalurahan Caturharjo.
Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa ini dibiayai dari Dana Keistimewaan ini mengambil lakon Brojodento Leno yang disajikan oleh Dalang Ki Ahza Faishal. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah melakukan pembinaan seni dan budaya daerah kepada generasi muda guna memastikan terjadinya regenerasi melalui Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa. Secara umum sudah diketahui bahwa sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini, Seni Pertunjukan Wayang secara berlahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Seni Pertunjukan Wayang Kulit mengandung berbagai nilai budaya yang positif yang bisa bermanfaat bagi perkembangan kepribadian anak, baik pada usianya sebagai anak-anak maupun kelak setelah menjadi manusia dewasa. Nilai budaya tersebut, yaitu nilai-nilai yang sangat bermanfaat untuk mengasah jiwa manusia agar dapat menjadi manusia yang manusiawi artinya sebagai makhluk Tuhan yang sempurna mempunyai akal, pikiran, cipta, rasa, karsa, panca indra dan nafsu, serta mengandung ajaran tentang perbuatan baik-buruk serta budi pekerti. Nilai-nilai tersebut sangat penting dalam kehidupan manusia. Apabila orang sudah bisa menguasai dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, niscaya dia akan menjadi orang yang baik, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Dikisahkan Raden Gathutkaca akan dinobatkan ibunya menjadi raja di Pringgadani itu atas keinginan kadang Braja, seperti Raden Brajamusti, Raden Brajalamatan, Raden Kalabendana dan Patihnya Prabakesha. Dewi Arimbi merasa was-was karena adiknya Brajadenta tidak ada maka Brajamusthi diutus ke Kadipaten Permalang atau diperbatasan yangdisebut Glagahtinulu.
Adipati Brajadenta menerima Raden Kalabendana membujuknya untuk memenuhi undangan wisudan Raden Gatutkaca anak keponakannya tetapi hati Brajadenta tidak bisa menerima, karena Gathutkaca musuh besar kadang Braja, yang pantas pewaris kerajaan adalah Brajadenta, dia mengumpat adiknya Kalabendana. Pada saat itu juga Kalabendana marah dan terjadi pertempuran di alun-alun Glagahtinulu, lama berperang Kalabendana merasa sebagai utusan kakaknya Arimbi segera meninggalkan kakaknya Adipati Brajadenta
Dewi Arimbi menerima laporan Kalabendana bahwa Brajadenta tidak mau hadir, bahkan Brajadenta tidak setuju, justru ialah pewaris Kerajaan Pringgadani, seketika itu Arimbi marah dan berubah ujud semula menjadi rakseksi dan mencari Brajadenta.
Raden Brajadenda mengakui kepada kakaknya Arimbi bahwa, ialah pewaris kerajaan maka terjadi perang sengit, saat itu juga Gathutkaca mengetahui ibunya melawan pamannya gathutkaca langsung melawan pamannya Brajadenta, tetapi Gathutkaca bisa diringkus ketika Brajadenta mengangkat Candrasa akan ditusukkan tubuh Gathutkaca dari belakang diserbu Brajamusti, kedua raksasa itu sama-sama kuat, menggunakan aji Petak jagad keduanya gugur sampyuh dan kedua tubuh raksasa itu mengecil hilang masuk menyatu dengan tubuh Gathutkaca menjadi aji Brajamusti dan Brajadenta. Akhirnya Raden Gathutkaca dinobatkan di Kerajaan Pringgodani.