Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa di SMP Negeri 2 Mlati: Memaknai Lakon Rama Tundung

  • home //
  • Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa di SMP Negeri 2 Mlati: Memaknai Lakon Rama Tundung
Admin 2023-03-21 02:14:30

Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa di SMP Negeri 2 Mlati: Memaknai Lakon Rama Tundung

Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa digelar perdana oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman di SMP Negeri 2 Mlati, Gg. Garuda No.33, Jombor Kidul, Sinduadi, Mlati, Kabupaten Sleman, pada Sabtu,18 Maret 2023. Sebelum pentas wayang, acara di isi kata sambutan mengenai penanaman nilai-nilai budaya dari Bapak Isnan Abadi S. Pd. M. Pd. selaku Kepala Sekolah 2 Mlati.

Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa ini dibiayai dari Dana Keistimewaan ini mengambil lakon Rama Tundung yang disajikan oleh Dalang Ki Senja Nugroho. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah melakukan pembinaan seni dan budaya daerah kepada generasi muda guna memastikan terjadinya regenerasi melalui Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa. Secara umum sudah diketahui bahwa sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini, Seni Pertunjukan Wayang secara berlahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Seni Pertunjukan Wayang Kulit mengandung berbagai nilai budaya yang positif yang bisa bermanfaat bagi perkembangan kepribadian anak, baik pada usianya sebagai anak-anak maupun kelak setelah menjadi manusia dewasa. Nilai budaya tersebut, yaitu nilai-nilai yang sangat bermanfaat untuk mengasah jiwa manusia agar dapat menjadi manusia yang manusiawi artinya sebagai makhluk Tuhan yang sempurna mempunyai akal, pikiran, cipta, rasa, karsa, panca indra dan nafsu, serta mengandung ajaran tentang perbuatan baik-buruk serta budi pekerti. Nilai-nilai tersebut sangat penting dalam kehidupan manusia. Apabila orang sudah bisa menguasai dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, niscaya dia akan menjadi orang yang baik, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Mendengar kabar dan mengerti tempatnya, Dasamuka segera pergi menyeberang lautan lepas untuk segera mencari Kala Marica yang berada di Goa Karang. Dan sesampainya disana Dasamuka berujar, “Kala Marica, saya hendak memboyong Dewi Shinta yang sedang berada di tengah hutan Dandaka.’

“Oh, ya Sang Prabu, sareh dan sabar,” sahut Kala Marica.

“Sareh, sabar, bagaimana, Marica?”

Kala Marica pun segera menjelaskan, agar menculik Dewi Shinta berhasil tanpa ada halangan yang merintangi, Kala Marica berharap harus diciptakan iguh serta pertikel yang menguntungkan.

“Hua, ha ha ha…,” Dasamuka tertawa terbahak-bahak. “Benar! Tidak salah aku mendatangimu!” Dasamuka merasa ada manfaatnya mendatangi Kala Marica. “Lalu kehendakmu, bagaimana Kala Marica?”

“Saya akan merubah wujud diri saya menjadi seekor Kijang yang cantik. Nanti akan menggoda Dewi Shinta. Tentu Dewi Shinta minta kepada Ramawijaya untuk menangkapnya,” jelas Kala Marica yang sangat disetujui oleh Dasamuka.

Setelah Ramawijaya pergi, ternyata Barata anak Dewi Kekayi menolak untuk naik tahta dan minta agar Ramawijaya tetap berada di Ayodya, tetapi Ramawijaya telah pergi dari Ayodya bersama istrinya menjalani masa pembuangan di Hutan Dandaka.

Di Hutan Dandaka Ramawijaya dihadang Karadusana utusan Sarpakenaka, adik Dasamuka dan terjadi peperangan. Karadusana kalah. Setelah itu Ramawijaya melanjutkan ke Gunung Argasoka.

Di hutan tersebut terlihatlah seekor kijang kecil. Begitu melihat Kijang, Dewi Shinta sangat tertarik, ia mohon ke Ramawijaya agar dapat menangkap Kijang untuknya. Namun Kijang tahu, ia pun berusaha agar Ramawijaya mengejar.

“Uh! Jangan mempermainkan aku, Kijang,” tukas Ramawijaya terus berusaha mengejarnya dan agar tidak kehilangan jejak.

Gerak Kijang tampak lincah, dan selalu menggoda Ramawijaya, kadang berlari kencang menjauh, namun tiba-tiba sudah berada dihadapannya, “Kamu jangan mempermainkan aku Kijang,” ungkap Ramawijaya.

Setelah beberapa saat, dan Ramawijaya tak tampak, Shinta mohon pada Lesmana agar membantu menangkap Kijang. Lesmana pun menyanggupi. Karena di tengah hutan, Lesmana merajah tanah dengan pusaka kerisnya, untuk keselamatan dari segala hal. Ia berjalan melingkar mengelilingi Shinta, menggores tanah. Sekarang tampak lingkaran mengelilingi Shinta.

“Jangan keluar dari lingkaran ini,” pinta Lesmana yang disanggupi Shinta. Lesmana segera mencari Ramawijaya yang sudah jauh. Dan karena ingin sekali menangkap Kijang, mereka berdua terus mengikuti Kijang, sampai lupa waktu. Juga melupakan Shinta yang ditinggal sendirian.

Dasamuka segera datang menghampiri Shinta, namun malang ketika ia hendak langsung menyeret dan membawa Shinta, namun keampuhan rajah yang dibuat Lesmana, Dasamuka pun jatuh terjerembab. Dasamuka menyingkir sejenak untuk mencari akal.

Sejenak kemudian Dasamuka menemukan akal, ia pura-pura menjadi seorang kakek-kakek yang kelaparan. Seorang Kakek itu menjatuhkan diri di depan Shinta dan diluar lingkaran rajah.

“Tolonglah aku, aku haus, aku haus.,” ucap Kakek itu serak dan pelan. Shinta melihatnya dan merasa iba. “Kakek,” tukasnya halus, tapi tak segera menolongnya.

“Tolonglah aku, aku tak kuat lagi, tolonglah aku carikan air,” lanjut sang Kakek.

Shinta memandang tajam Kakek yang berada di hadapannya.” Hem aku harus menolongnya,” pikir Shinta kasihan. Dan tanpa basa basi Shinta pun datang menghampiri hendak meminta tempurung tempat air yang dibawa Kakek. Ia lupa jika Kakek robohnya diluar lingkaran rajah. Dan…, sampai di hadapan Kakek tadi begitu Shinta hendak meminta tempurung, lebih dulu tangan Shinta ditarik Kakek-kakek tadi, “Hua ha, ha, ha…!” Kakek tadi berubah wujud menjadi wajah aslinya, Dasamuka, yang langsung membawa Shinta terbang ke angkasa. Rama dan Lesmana tidak tahu kejadiannya, mereka terus mengejar, “Lesmana, sebaiknya aku panah saja,” tukas Ramawijaya sambil menghunus anak panah dan memegang gendewa. Panahpun dipasang dan, “Slap!” meluncur busur mengenai Kijang.

Kijang terkena panah, berubah wujud menjadi Kala Marica yang di dadanya sudah tertancap panah Ramawijaya.

“Huaha…, ha, ha…. Ramawijaya kamu lihat diatas, Shinta istrimu!”

Tunjuk Kala Marica, dan kemudian jatuh mati terjerembab ke tanah.

“Waduh Lesmana, kita telah terperdaya,” ucap Ramawijaya.

“Kita kejar!” Pinta Lesmana.