Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa Sebagai Media Penanaman Nilai dan Pewarisan Budaya Antar Generasi
- home //
- Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa Sebagai Media Penanaman Nilai dan Pewarisan Budaya Antar Generasi
Pagelaran Wayang Kulit Kepada Siswa Sebagai Media Penanaman Nilai dan Pewarisan Budaya Antar Generasi
Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa digelar perdana oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman di SD Negeri Dalangan I Parakan Kulon, Sendangsari, Minggir pada Senin, 21 Februari 2022. Sebelum pentas wayang, acara di isi paparan materi mengenai penanaman nilai-nilai budaya dari tiga orang narasumber yaitu: Edy Winarya, S.Sn., M.Si, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman; Ratma Rintarti, A,Ma.Pd, Kepala Sekolah SDN Dalangan I Parakan Kulon, Sendangsari, Minggir dan Teguh Suyanto, S.Sn., Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi).
Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa ini dibiayai dari Dana Keistimewaan ini mengambil lakon: Aji Narantaka/ Raden Dursala Gugur yang disajikan oleh Dalang Rafael Aron Javera Paramacetta. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah melakukan pembinaan seni dan budaya daerah kepada generasi muda guna memastikan terjadinya regenerasi melalui Pagelaran Apresiasi Budaya Melalui Wayang Kulit kepada Siswa. Secara umum sudah diketahui bahwa sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini, Seni Pertunjukan Wayang secara berlahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Seni Pertunjukan Wayang Kulit mengandung berbagai nilai budaya yang positif yang bisa bermanfaat bagi perkembangan kepribadian anak, baik pada usianya sebagai anak-anak maupun kelak setelah menjadi manusia dewasa. Nilai budaya tersebut, yaitu nilai-nilai yang sangat bermanfaat untuk mengasah jiwa manusia agar dapat menjadi manusia yang manusiawi artinya sebagai makhluk Tuhan yang sempurna mempunyai akal, pikiran, cipta, rasa, karsa, panca indra dan nafsu, serta mengandung ajaran tentang perbuatan baik-buruk serta budi pekerti. Nilai-nilai tersebut sangat penting dalam kehidupan manusia. Apabila orang sudah bisa menguasai dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, niscaya dia akan menjadi orang yang baik, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Lakon Wayang Aji Narantaka/ Raden Dursala Gugur merupakan lakon wayang yang mengisahkan dua tokoh yang antagonis yaitu Raden Dursala yang mempunyai sifat antagonis dari Raden Gathutkaca. Raden Dursala adalah putra Raden Dursasana, tergolong keluarga Kurawa di Kerajaan Astina. Ibunya bernama Dewi Saltani. Raden Dursala sifat-sifatnya seperti ayahnya R. Dursasana buta akan sopan-santun. Sering bertindak sewenang-wenang terhadap yang lemah, selalu menangnya sendiri. Walaupun pada dirinya melekat sifat-sifat yang buruk tetapi tekun menuntut berbagai ilmu kesaktian dari Begawan Druna dan Resi Pisyaka, seorang pendeta berujud raksasa, yang memberikan aji Gineng.
Dalam suatu peperangan dikisahkan bahwa Raden Dursala dan Raden Gathutkaca sama kuat bertanding. Lama bertarung beberapa kali Dursala menggunakan Aji Candra Wirayang ternyata Gathutkaca tidak mati tetap tegar. Hilang kesabaran Gathutkaca Raden Dursala bisa diringkus dan dihantam denagan Aji Narantaka tubuh Dursala hancur berkeping-keping. Akhirnya kemenangan di raih Raden Gathutkaca. Peperangan ini melambangkan bahwa sifat-sifat kebaikan akan menang melawan sifat-sifat keburukan.(DK)