Pesanggrahan Ambarrukma

Admin 2020-08-06 01:11:46

Pesanggrahan Ambarrukma

Pesangrahan Ambarrukma merupakan salah satu dari cagar budaya di Kabupaten  Sleman sesuai dengan  Keputusan Bupati Nomor 14.7/Kep.KDH/A/2017 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman, yang harus dilindungi, dijaga kelestarian dan keasliannya seperti  yang diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Lokasi Candi Kadisoko secara administrative terletak di Ambarrukma, Caturtunggal, Depok, Sleman.

Pesanggrahan Ambarrukmo pada mulanya adalah Pesanggrahan Haja Purna, kemudian direnovasi dan disempurnakan yang pelaksanaannya diawasi oleh Pangeran Mangkubumi atas perintah Sri Sultan Hamengku Buwono VII pada tahun 1825 Jw (1895 M) dan dapat diselesaikan tahun 1827 Jw (1897 M). Nama Harja Purna kemudian diganti menjadi Ambarrukma, dari kata ambar dan rukma. Ambar berarti harum dan rukma berarti segala yang cemerlang dan kemilau, emas, atau dari emas. Dengan demikian Ambarrukma dapat diartikan sebagai keluhuran atau kemuliaan yang harum

pada awalnya merupakan tempat istirahat bagi keluarga kerajaan yang digunakan sejak Sri Sultan Hamengku Buwono VI. Saat kereta api belum masuk ke wilayah kota Yogyakarta, pesanggrahan tersebut berfungsi sebagai tempat tinggal sementara Gubernur Jenderal Belanda yang datang dari arah Surakarta. Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dilakukan renovasi dan penyempurnaan bangunan, mengingat tempat tersebut tidak hanya sebagai tempat istirahat, tetapi akan digunakan sebagai kediaman.

Pesanggrahan Ambarrukma sendiri merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari beberapa bangunan cagar budaya, bangunan yang masih ada,  yaitu: 1) Pendhapa merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional Jawa tipe Joglo. Atapnya terdiri atas atap brunjung, atap pananggap, dan emper pada keempat sisinya, serta atap paningrat di ketiga sisi kiri-kanan dan depan; 2) Dalem Ageng merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional Jawa dengan dhapur griya limasan. Molonya membujur dari arah depan ke belakang; 3) Paretan merupakan bangunan yang terdapat di antara Pandhapa dengan Dalem Ageng. Disebut Paretan karena berfungsi untuk berhenti kereta kuda sebagai sarana transportasi pada masa lalu. Bangunan semacam ini banyak dijumpai pada rumah-rumah pangeran. 4) Bale Kambang merupakan bangunan dengan atap  tajug, dengan delapan bidang atap berbentuk segitiga atau dalam bahasa Jawa disebut kejen. Di bagian atas atap terdapat mahkota seperti lazimnya bangunan dengan atap tajug di Kraton Yogyakarta; 5) Selasar merupakan bangunan penghubung antara Dalem Ageng dengan Gandhok. masih ada dua selasar yang menghubungkan Dalem Ageng dengan Gandhok Tengen; 6) Gandhok yang masih tersisa saat ini adalah Gandhok Tengen, yang berada di sebelah barat Dalem Ageng. Atap gandhok berbentuk limasan dengan emper di bagian depan. Gandhok merupakan bangunan dengan beberapa ruangan termasuk kamar mandi.