RELEVANSI TATA NILAI BUDAYA LOKAL SLEMAN DALAM ERA DISRUPSI
- home //
- RELEVANSI TATA NILAI BUDAYA LOKAL SLEMAN DALAM ERA DISRUPSI
RELEVANSI TATA NILAI BUDAYA LOKAL SLEMAN DALAM ERA DISRUPSI
Sekarang dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0 dengan mengandalkan era digital. Segala sesuatu dibuat digital (digitalisasi), hal ini seiring dengan era disrupsi yang diperkenalkan oleh Clayton Christens, bahwa telah terjadi perubahan aktivitas yang mendasar (fondamental) dari di dunia nyata ke dunia maya. Segala sesuatu dapat diupayakan melalui dunia maya. Hal ini implikasi era teknologi informasi dan digitalisasi. Semua negara tidak akan terbebas dari pengaruh era tersebut (era disrupsi, era milenium/teknologi informasi, dan era digitalisasi) karena perkembangan tersebut bersifat global (mendunia). Oleh karena itu, mau tidak mau, senang atau tidak senang Indonesia akan terbawa implikasi era-era tersebut.
Walaupun semua wilayah tidak akan lepas dari pengaruh globalisasi termasuk Sleman, namun Sleman juga memiliki kearifan lokal (local wisdom) yang sudah berurat berakar pada diri masyarakat Sleman “mbalung sungsum”, dan tidak mungkin tergantikan oleh nilai-nilai dari luar, karena kondisi kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan alam yang berbeda dengan kondisi di luar Sleman. Kearifan lokal ini merupakan kristaslisasi nilai-nilai yang menjadi pegangan hidup (way of life). Pegangan hidup atau pandangan hidup Sleman dapat menciptakan harmonisasi dalam berkehidupan berketuhanan, bermasyarakat, berpolitik pemerintahan, dan kehidupan bersama alam. Harmonisasi tersebut dapat menjadi salah satu upaya hamemayu hayuning bawana ‘menciptakan perdamaian dunia’, yakni damai dalam kehidupan berke-Tuhanan, bermasyarakatm berpolitik, berpemerintahan, dan berperikealaman. Pikiran boleh global namun jiwa tetap lokal. Secara ilmiah pikiran boleh Amerika, Eropa, Jepang, Korea, dan sebagainya, namun jiwa jangan sampai tercerabut dari akarnya, yakni akar budaya lokal (kearifa lokal).
Perpaduan antara potensi global dan kearifan lokal atau kejeniusan lokal (local genius menurut perspektif Antroplologi) membuahkan harmoni yang luar biasa. Sleman tetap saja dapat mengikuti perkembangan zaman, namun tetap memiliki kepribadian yang mantap sebagai orang Sleman. Otak cerdas namun tetap bijaksana, sopan santun, menghormati, dan menghargai sesuai dengan nilai-nilai orang Sleman (Prof. Suwarno; 2018).
Terkait dengan permasalahan tersebut, Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Kebudayaan telah membuat kajian tata nilai budaya lokal. Dalam kajian tata nilai tersebut telah diidentifikasi nilai-nilai yang masih mengakar di dalam kehidupan masyarakat Sleman, yang dapat dikelompokan menjadi 4 (Prof. Suwarno; 2018) yaitu: 1. Ketuhanan(Narima ing Pandum, Sabar, Sumarah, Sumeleh; Ngundhuh wohing pakarti; ); 2. Kepemimpinan (Adil, Manjing ajur ajer,Mumpuni, Ngayomi, Panutan, Setya, Sembada, Tinarbuka, Waskitha, Welas asih, Wicaksana, Mrantasi; 3.Kemasyarakatan: Guyub rukun, Gotong royong, Lila legawa, Tatag tangguh tanggon, Tembayatan, Tepa salira; 4. Kealaman: Merti.