Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Admin 2020-04-27 00:42:40

Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Rumah Sakit Jiwa Grhasia merupakan salah satu dari cagar budaya di Kabupaten  Sleman sesuai dengan Keputusan Bupati Sleman Nomor 5.9/Kep.KDH/A/2018, yang harus dilindungi, dijaga kelestarian dan keasliannya seperti  yang diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Lokasi Rumah Sakit Jiwa Grhasia secara administrative terletak di Padukuhan Demen, Pakembinangun, Pakem, Sleman. Pada awalnya Rumah Sakit Jiwa Grasia merupakan Koloni Orang Sakit Jiwa (KOSJ) Lalijiwo, yang didirikan oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1938. Saat itu rumah sakit ini hanya merawat pasien dari orang Indonesia dan Tionghoa, sedangkan pasien orang Belanda dirawat di Rumah Sakit Jiwa Kramat di Magelang.

Komplek Rumah Sakit Jiwa Grhasia terdiri atas beberapa bangunan yang sampai saat ini masih berfungsi sebagai rumah sakit. Berdasarkan data yang ada pada Rumah Sakit Jiwa Grhasia terdapat 63 buah bangunan, yang terdiri atas bangunan baru dan bangunan lama. Bangunan lama yang masih ada yaitu: Tower air lama, bangunan pendhapa keasistenan, bangsal nakula, bangsal sadewa, bangunan untuk genset lama, doorlop di selatan kantor jaminan kesehatan dan pelayanan TB, dan doorlop di timur instalasi pemulasaraan jenazah. Semua bangunan lama tersebut berusia 50 tahun atau lebih, dan mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun. Hal tersebut ditandai dengan ciri arsitektur Indis, yaitu perpaduan antara kebudayaan Indonesia dan Eropa, serta merupakan kelanjutan kebudayaan Indonesia dari masa prasejarah, kebudayaan Indonesia Hindu, dan kebudayaan Indonesia Islam (Djoko Soekiman, 2000, hlm.306). Ciri Indis tersebut dapat dilihat dari atap tiang dan dinding, lantai bangunan, komponen bangunan lain seperti pintu dan jendela.

Rumah Sakit Jiwa Grhasia Mengembangkan infrastruktur dengan beberapa bangunan dengan ciri dinding berpilaster (tanpa kolom perkuatan), jendela dan pintu memakai krepyak, dinding mempunyai hiasan berupa tempelan batu pada dinding tembok, serta atap seperti bengunan Jawa tipe limasan dan kampung srontongan, disebut kampungsrontongan karena memiliki lebih dari 4 pengeret maka disebut srontongan dan merupakan kampung panjang. Kampung srontongan mempunyai 2 emper pada kedua sisi panjangnya. Ciri tersebut menjadi penanda anatara bangunan lama dan baru. (dv)

Doorlop
Pendhapa Keasistenan