Upacara Adat Ngrowhod
- home //
- Upacara Adat Ngrowhod
Upacara Adat Ngrowhod
Upacara Adat Ngrowhod diterjemahkan sebagai Ngleluri (mempertahankan) ombyak (kebiasaan/kegiatan) hametri (membuat situasi lebih baik) Koncara(hal-hal baik yang menonjol/terkenal) . Upacara Ngrowhod dilaksanakan satu tahun sekali oleh warga desa Girikerto, Turi, Kab. Sleman DIY. Upacara Ngrowhod di gelar sebagai bentuk ucapan rasa syukur kepada Tuhan atas segala anugrah yang telah diterima baik itu berupa pelimpahan rejeki/hasil panen yang melimpakserta berkah yang berupa mata air yang dikenal dengan "Umbul Nangsri" yang mengalir tiada henti sepanjang tahun. Bagi warga masyarakat "Umbul Nangsri" merupakan hal yang penting untuk penyediaan kebutuhan air dalam kehidupan sehari-hari serta untuk kebutuhan pengairan persawahan disekitarnya.
Ngrowhod sebenarnya mengacu pada kebiasaan baik nenek moyang yang mengurangi kesenangan dan kenikmatan duniawi dengan cara berpuasa ngrowot. Puasa ngrowot adalah puasa dengan hanya memakan jenis makanan yang disebut krowotan, seperti ubi, ketela, talas,uwi, gadung, ganteng dsb. Semua makanan tersebut merupakan jenis pala Kapendhem yang terpendam didalam tanah
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan diantaranya berih desa, pelestarian lingkungan/penanaman pohon, pergelaran wayang kulit, pergelaran kethoprak, macapat, bakti sosial, dan dialog budaya dengan puncak acara berupa prosesi Upacara Adat Ngrowhod yang diawali dengan pengambilan air dari mata air Umbul Nangsri dengan di kawal Bergada, perangkat desa, tokoh masyarakat, dan di pimpin oleh Cucuk Lampah serta arjuna. kemudian mereka semua kembali ke balai desa siap mengarak gunungan dilengkapi dengan tumpeng dan air dari sendang "Umbul Nangsri", dilanjutkan dengan kirab budaya yang berupa kirab gunungan.
Gunungan yang diarak adalah gunungan krowotan yang terbuat dari jenis-jenis hasil bumi ( buah dan umbi-umbian). Upacara ini diawali dengan keluarnya 13 pasang pager ayu dan pager bagus yang mewakili 13 dusun di Girikerto.
Orang-orang yang membawa gunungan ngrowhod pun membagikan isi gunungan tersebut ke masyarakat dengan cara melempar-lemparkannya dari atas kendaraan yang di gunakan mengarak gunungan sebagai bentuk syukur dan berbagi kesukacitaan pada sesama. Bentuk syukur dan suka cita itu juga di wujudkan dengan makan nasi gudang(urap) bersama di balai desa sebelum acara kirab dimulai. (Triwati Wuryandari)